SOEHARTO hanyalah anak desa yang lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Tapi siapa sangka, Soeharto yang semasa kecil sering dihina oleh teman-temannya dengan sebutan Denbaguse Tai Mambu menjadi orang yang begitu ditakuti di Negeri ini.
Sudah banyak buku yang mengupas tentang sepak terjang Sang Jenderal Besar itu. Pada umumnya buku tentang Soeharto mengupas tentang sejarah waktu kecil hingga saat menjelang ajalnya. Puluhan judul buku baru tentang Soeharto makin marak saat sang penguasa Orde Baru selama 32 tahun itu menghembuskan napas terakhirnya pada 27 Januari 2008.
Salah satu buku yang muncul setelah The Smiling General itu tiada adalah buku ini yang berjudul Mereka Mengkhianati Saya. Buku ini sebenarnya juga tidak terlalu istimewa. Seperti umumnya buku soal Soeharto, buku ini juga diawali dengan cerita masa kecil Soeharto, masa perjuangan, hingga masa Soeharto prihatin dan mencari berbagai ilmu kanuragan atau sisi klenik Soeharto, hingga sang jenderal meninggal dunia.
Akan tetapi, satu hal yang tetap menarik dari buku ini adalah, tulisannya mengenai sikap Soeharto yang selalu menyamakan dirinya dengan tokoh pewayangan Semar. Soeharto selalu tidak mau jika dikaitkan dengan tokoh pewayangan lain. Tak heran jika Soeharto pun diidentikkan dengan Semar yang menjadi super lewat Supersemar.
Lewat Supersemar karir Soeharto makin cemerlang hingga mampu menapaki jenjang Presiden. Supersemar hingga kini masih mengandung kontroversi, karena banyak versi cerita atas kemunculan surat itu. Akan tetapi, dengan surat itu Soeharto akhirnya menjadi orang yang sangat kuat dan ditakuti.
Sisi tragis Soeharto tergambar jelas dalam buku ini di bagian "Pengkhianatan, Kematian, dan Pengampunan." Dalam bagian ini penulis mengajak pembaca untuk melihat kembali sepak terjang Soeharto di saat-saat akhir kepemimpinannya. Soeharto pantas saja beranggapan telah ada yang mengkhianatinya. Dendam Soeharto terhadap para pembantunya yang dianggap berkhianat rupanya juga terwariskan ke anak-anaknya.
Di saat Soeharto terbaring di rumah sakit, sejumlah pejabat dan mantan pejabat seakan berlomba menjenguknya. Namun, ada beberapa mantan pejabat yang tidak ditemui oleh keluarga inti Soeharto. Sebut saja mantan Presiden Habibie, mantan Ketua MPR Harmoko, dan sejumlah nama lain. Bahkan mantan menantunya Prabowo Subianto tidak disebut-sebut menjenguk mantan mertuanya.
Ada apa? Ya, tampaknya keluarga Soeharto masih menaruh dendam kepada mereka karena dianggap sebagai pengkhianat. Bahkan Ketua DPD yang juga mantan Menko Perekonomian zaman Soeharto, Ginandjar Kartasasmita secara khusus meminta maaf kepada keluarga Soeharto.
"Saya bilang pada Mbak Tutut, maafkan saya," kata Ginandjar saat melayat Soeharto berbarengan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kenapa? Pasalnya, Ginandjar bersama dengan menteri yang lain pernah menyampaikan pengunduran diri pada saat genting menjelang kejatuhan rezim Orde Baru. "Mungkin keluarganya merasa peristiwa itu sebagai dosa atau kesalahan," terang Ginandjar.
Tentu masih banyak lagi cerita yang terpapar di buku ini. Mulai dari kebencian Mamiek Soeharto kepada suaminya Prabowo Subianto yang dianggap sebagai pecundang. Atau mungkin kebencian Soeharto pada "anaknya" Habibie, hingga tidak pernah lagi bertegur sapa sampai ajal menjemputnya.
Meski buku ini terkesan diterbitkan untuk mengejar momentum meninggalnya Soeharto, namun setidaknya buku ini akan menambah pengetahuan sisi lain dari sikap keluarga Soeharto kepada para mantan pejabat yang sebelumnya selalu berlindung dibalik ketiak sang jenderal besar itu.
Judul Buku : Mereka Mengkhianati Saya
Penulis: Femi Adi Soempeno
Penerbit: Galang Press
Cetakan: I, 2008
Tebal: 227 halaman
Senin, 19 Mei 2008
Pengkhianatan, Kematian, dan Pengampunan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Write Comments