Minggu, 18 September 2011

Selamat malam Irene, sampai jumpa dalam mimpi

Abey - Nama boleh manis dan eksotis bak gadis Rusia, Yunani atau Eropa Timur. Tapi bagi kebanyakan orang yang tinggal di sepanjang pantai timur Amerika akhir pekan lalu, Irene datang bagaikan sebuah mimpi buruk.

Syukurlah, sesuai dengan bait lirik dari lagu rakyat Amerika Good Night Irene yang mengatakan "I'll see you in my dream", badai angin dan hujan sekali ini tidaklah lebih dari sebuah mimpi yang tidak menjadi kenyataan. Setidaknya bagi sebagian besar dari 65 juta penduduk yang sempat dibuat khawatir dan cemas.
Pada akhirnya, korban meninggal 44 orang dan kerusakan yang diakibatkan cukup ekstensif, termasuk terputusnya sambungan listrik bagi sekitar 5,8 juta orang. Namun, tidak separah yang banyak diperkirakan.

Presiden Barack Obama dalam himbauan kepada masyarakat untuk mempersiapkan diri, menggunakan istilah ‘badai monster’ yang akan mengukir sejarah, setidaknya dari cakupan luas daerahnya yang sama dengan dataran Eropa, dan dari jumlah manusia yang terancam.

Fenomena hurricane atau badai kencang sering terjadi di Amerika bagian timur. Pengetahuan dan teknologi modern sudah dapat memprediksi intensitas serta daerah dimana dan kapan Irene akan menghantam. Mungkin karena peringatan bahaya bertubi-tubi yang disampaikan pemerintah federal dan negara bagian, dan mungkin karena ingatan pada badai Katrina tahun 2005 yang membunuh lebih dari 1,800 orang terutama di New Orleans (negara bagian Lousiana), kali ini puluhan juta manusia yang tinggal di 12 negara bagian mulai dari Florida di selatan sampai Maine di utara tidak mau ambil risiko dan mempersiapkan diri secara mental dan fisik.

Rasa ketakutan ini ditambah lagi dengan gempa bumi 5,9 skala Richter yang mengejutkan Washington dan sekitarnya hari Rabu sebelumya. Dalam catatan sejarah, gempa merupakan kejadian langka di ibukota pemerintah federal Amerika Serikat. Terakhir gempa dengan skala sebesar ini mengguncang tahun 1897.

Dan tentunya, karena badai Irene diperkirakan akan menerjang Washington, sebagai pusat kekuatan politik negara adidaya ini, dan New York City sebagai pusat keuangan, shopping dan hiburan dunia, pemberitaannya menarik perhatian masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

KBRI dan konsulat Indonesia di Washington dan New York tidak ketinggalan menghimbau masyarakat Indonesia yang tinggal di sepanjang pantai timur AS agar mengambil langkah-langkah pengamanan sesusai dengan anjuran pemerintah lokal. Duta Besar Dino Patti Jalal mengirim pesannya lewat Twitter secara berkala.

Saya termasuk yang mengikuti saran pemerintah, KBRI dan kawan-kawan yang punya pengalaman menghadapi badai. Baru 8 bulan menetap disini, saya tanya kiri dan kanan apa saja yang harus dipersiapkan. Mereka mengatakan paling aman mengungsi, walaupun mungkin itu berlebihan. Memang ada sekitar 2-jutaan penduduk yang di wajibkan mengungsi karena tinggalnya dekat pantai yang paling rawan terhadap badai.

Saran berikutnya adalah mempersiapkan diri seandainya terjadi kerusakan ekstensif, mulai dari putusnya aliran listrik sampai harus mengungsi dari apartmen yang saya huni bersama istri di Arlington, kota berbatasan dengan Washington. Saran terakhir adalah tetap tinggal dirumah, jauhkan diri dari kemungkin semburan pecahan kaca jendela dan ikuti pemberitaan di televisi.
Hari Jumat, saya dan istri belanja di supermarket membeli makanan kering dan minuman kemasan. Seandainya listrik terputus, kita tidak mungkin masak dan juga kulkas tidak berguna. Jadi kita harus siap dengan makanan siap-makan dan tahan lama tanpa harus didinginkan. Teman menyarankan mi-instan, seperti kebiasaan di Indonesia, tapi apa gunanya kalau tidak ada alat pemanas.

Kami beli makanan kaleng, biskit dan coklat, dan lampu batere. Rencana beli minuman air dalam kemasan botol gagal karena ternyata sudah habis diborong mereka yang lebih cepat. Memang supermarket di Washington pada hari itu super rame, walau tidak ada kepanikan. Untung air minum ledeng disini aman untuk diminum, jadi sekembali di rumah, kami mencari botol kosong dan mengisinya dengan air. Kami mengambil uang cash secukupnya dari ATM. Perkiraan kami kalau kejadian buruk menimpa, kami harus dapat bertahan mandiri paling tidak tiga sampai lima hari. Lembaga ditempat saya bekerja juga menyarankan siapkan passpor dan tiket seandainya harus pulang ke Indonesia dalam keadaan yang paling buruk.

Kami juga membatalkan semua acara pada akhir pekan itu. Presiden Obama saja mengurungkan rencana meresmikan Monumen Martin Luther King, tokoh pergerakan sipil Amerika, yang baru di bangun tidak jauh dari National Monument.

Lebih dari 9,000 penerbangan dari dan menuju Washington, New York dan kota lainnya di kawasan timur AS dibatalkan sepanjang Sabtu dan Minggu karena faktor keamanan.

Hari-H untuk Washington dan sekitarnya Sabtu malam. Dari pagi kami sudah memantau pemberitaan melalui televise dan mengikuti jejak Irene. Badai dengan kisaran angin ini bergerak pelan, sekitar 25 km perjamnya.

Memonitor berita ramalan cuaca tidak pernah sepenting atau seintens ini. Dari hari Jumat kita memperhatikan bagaimana ia bergerak dari Samudera Atlantik dan menerpa dataran di Bahamas hari Jumat sore yang menyebabkan kerusakan ekstensif di negara pulau di kawasan Carribean.

Setiap jamnya TV lokal memberi update gerakan dan arah Irene. Secanggih apapun teknologi modern meramal cuaca, masih ada margin of error yang cukup besar sehingga ada kemungkinan salah. Ternyata memang ada revisi secara berkala mengenai kekuatan Irene dan arahnya.

Berita baik datang Jumat sore ketika ramalan resmi menurunkan bahaya badai hurricane, dari kategori 3 menjadi 1. Skala 5 adalah yang terburuk. Katrina tahun 2005 pada puncaknya mencapai kategori 3. Tapi kategori 1 pun membawa putaran angin dengan kecepatan lebih dari 120 km perjam. Sebagai catatan, kecepatan putaran angin pada kategori 5 diatas 250 km, kategori 4 sampai 250 km, dan kategori 3 sampai 200 km per jamnya. Kecepatan ini cukup besar untuk merobohkan rumah atau menerbangkan obyek seberat mobil.

Florida negara bagian AS paling selatan ternyata lolos karena Irene hanya bergerak di lautan dekatnya. Namun, pada Sabtu siang badai angin dan hujan besar menerjang dataran North Carolina dan South Carolina. Walaupun sudah di downgrade, tetap saja kekhawatiran menghantui. Intensitas angin tidak cukup besar untuk memecahkan kaca jendela, tapi masih bisa menumbangkan pohon atau menerbangkan obyek yang membahayakan bagi yang kena dan memecahkan kaca jendela.

Badai menerpa Washington dan sekitarnya dari jam 8 malam sampai jam 4 pagi. Datang pada akhir bulan Ramadan, waktu ini hampir bersamaan dengan dibolehkannya kita makan. Sambil menunggu jam sahur, kami begadang monitor perkembangan Irene dari jam ke jam di televisi dengan penuh rasa cemas.

Beberapa daerah banjir besar (atau meminjam istilah Gubernur DKI Fauzi Bowo, terjadi ‘genangan air’). Sejumlah daerah satu per-satu kehilangan sambungan listrik. Pohon tumbang memutuskan kabel listrik, dan juga ada dua mesin tenaga listrik nuklir yang sudah dihentikan operasinya setelah gempa bumi tiga hari sebelumnya. Syukurlah, tempat kami tinggal listrik tidak padam. Badai pun berlalu dan sesudah subuh, Irene bergerak kearah Pennsylvania, New Jersey dan New York.

Intensitas juga di turunkan dari hurricane ke tornado, yaitu badai dengan kekuatan putaran angin yang lebih rendah lagi. Namun kerusakan yang diakibatkannya tetap besar, bukan karena angin, tapi lebih karena hujan deras dan banjir. Sampai hari Senin, badai masih ada di Maine, negara bagian paling utara, sebelum praktis hilang di Kanada.

Namanya juga Washington, pusat politik, Irene langsung menjadi komoditas untuk menyerang pemerintah. Sejumlah kritikus mengatakan bahwa Obama terlalu membesarkan ancaman bahaya Irene kalau melihat jumlah koran yang tidak sebesar Katrina.

Beda dengan Presiden George W. Bush yang lamban mengantisipasi Katrina, Obama cepat mendeklarasikan keadaan darurat untuk mengerahkan Badan Federal Pengamanan Darurat (FEMA) dan tentara nasional untuk turun tangan. Mereka mengatakan dengan membesar-besarkan ancaman, lain kali ada bahaya yang lebih besar, masyarakat tidak akan menggubris lagi karena merasa terkecoh dengan kejadian Irene.

Menanggapi kritik ini, Walikota New York City Michael Bloomberg dengan gusar menjawab: "Berkacalah anda, dan bersyukurlah anda masih hidup."

Saran yang baik. Selamat malam Irene.

Tidak ada komentar:
Write Comments